Jumat, 17 April 2009

Monas

Monas-2

Foto lainnya :

monas-resize

Kamis, 09 April 2009

Situ Gunung

Situ Gunung

Taman Wisata Alam Situ Gunung, dengan luas danau 120ha dikelilingi pepohonan pinus dan damar dan terletak dikaki gunung Pangrango memiliki pemandangan alam yang menarik. Refleksi hijaunya pepohonan pada air danau yang tenang, merupakan spot yang menarik untuk diabadikan bagi para fotografer.

Dikawasan ini juga terdapat curug/air terjun Cimaracun (sayang nggak sempet kesana)

Jumat, 03 April 2009

Warso Farm



Berlibur sambil makan duren enak? Ke Warso Farm..recomended banget. Kebun durennya bagus banget. Waktu liburan kesana, anak-anak sempet histeris, lihat pohon-pohon duren yang berbuah lebat terusnya buahnya bisa dipegang hehe...asyik banget. Apalagi durennya juga kualitasnya nggak diragukan lagi, top dech.




Pelabuhan Ratu

Gemuruh ombak laut selatan dengan pantainya yang berpasir halus seolah memanggil setiap wisatawan untuk selalu datang berkunjung ke Pelabuhan Ratu yang terletak kurang lebih 60km arah selatan Sukabumi. Ombak di kawasan pantai ini cukup besar, sehingga bagi yang berkunjung dengan membawa anak-anak harus waspada saat mengawasi saat mereka asyik bermain ombak.



Kebetulan kali kedua berkunjung ke Pelabuhan Ratu, menginap di Samudera Beach Hotel. Dari hotel yang didirikan atas inisiatif Presiden Soekarno ini, kita dapat menikmati keindahan Pantai Pelabuhan Ratu dengan nyaman.










Ujung Genteng

Ujung Genteng sebagai tempat tujuan wisata, memang belum terlalu popular sehingga belum terlalu banyak dikunjungi wisatawan. Disamping jarak tempuhnya yang ‘lumayan jauh’ dari Jakarta (8 jam perjalanan bermobil).

Ujung Genteng terletak di pesisir pantai selatan Jawa Barat, tepatnya di desa Gunung Batu, Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi dengan jarak tempuh sekitar 220 kilometer dari Jakarta atau 230 kilometer dari Bandung. Di daerah Ujung Genteng sendiri terdapat banyak tempat menarik untuk dikunjungi, seperti :


Air terjun Cikaso/Curug Cikaso=Cikaso Waterfall.

Untuk sampai ke lokasi Curug Cikaso, naik perahu kayu kurang lebih 10-15 menit.



Sampai di lokasi air terjun, kita akan disuguhi pemandangan yang manakjubkan, tiga air terjun besar digabung jadi satu.




Karena saat itu bulan Februari (musim hujan) jadi air terjunnya juga deres banget. Agak sulit juga motretnya, karena cipratan airnya begitu deras membasahi lensa kamera. Akhirnya dapet juga beberapa scene, walau nggak terlalu bagus.


Aku sendiri nggak dapet ‘pic’ dengan 3 air terjun, jadi ‘ijin’ pakai fotonya Merry nih buat nampilin indahnya air terjun Cikaso. Enjoy the pic



Air terjun Cigangsa/Curug Cigangsa=Cigangsa Waterfall.

Saat di air terjun Cikaso, sudah takjub dengan pemandangan yang terpampang di depan mata. Tapi di Curug Cigangsa ini pemandangannya lebih fantastis lagi, very amazing. Sayang fotonya kurang oke nich, air terjunnya gede banget…lebih gede dari Curug Cikaso. Motretnya juga susah banget. Disamping cipratan airnya yang lebih deres daripada di Cikaso, batu2nya juga super licin, takut kepleset…sayang kamera hihihi..











Pantai Pangumbahan

Melihat penyu hijau di pantai Pangumbahan. Yang ini nggak berkunjung ke lokasi dengan pertimbangan, kasihan penyu-nya mau bertelor kita intip-intip…ntar nggak jadi bertelor. Yaaa ikut ‘save our earth’lah …peace!!!



'Hidden Beach' Pantai Cipanarikan.

Ini pantai yang begitu indah, pasirnya lembuuut dan masih bersiiih…kalau nggak malu aja pengen guling-gulingan disana. Karena letaknya yang cukup terpencil, pantainya masih terjaga keindahannya belum terusik tangan-tangan jahil, mudah2an aja tetep seperti ini seterusnya, semoga!!!

Cuma pas di sana nggak dapet sunset, secara masih masuk musim hujan jadi mendung masih bergelayut menghalangi pemandangan matahari yang mau masuk ke peraduan…doooooohhhh pengen kesana lagiiiiii.







Pantai Aquarium.

Sepanjang pantainya banyak ditumbuhi pohon-pohon bakau, yang menjaga tepian pantai dari abrasi. Pas kesana tengah hari bolong, untung juga banyak pohon-pohon bakaunya…jadi rada adem dech.





Pantai ‘Tanah Lot’ Amanda Ratu.

Rada mirip Tanah Lot ya? Ada pulau karang kecil di tengah laut, Cuma disini nggak ada puranya.




Kawasan Cagar Alam.

Menyusuri kawasan Cagar Alam ini, bener-bener menyejukkan mata. Melewati deretan pepohonan yang teduh, merasakan harmoni alam…jauh dari hiruk pikuknya Jakarta hiks..hiks..sejenak melupakan urusan ‘kerja’….





sayang ya yang kayak gini menikmatinya cuma sebentar, ‘tenggelam’ di keruwetan Jakarta yang lebih lama huehehe….



(foto Pelabuhan Ratu, view dari atas bukit...waktu perjalanan 'pulang')







Istana Bogor

Sebagai ‘urang’ Bogor, sering banget lewat depan Istana Bogor. Jadi keinginan untuk mengabadikan keanggunan Istana Bogor sebagai salah satu ikon Kota Bogor ini begitu kuat. Berikut fotonya (diambil dari balik pagar Istana)

Istana Bogor

Istana Kepresidenan Bogor terletak di Kelurahan Paledang, Kecamatan Kota Bogor Tengah, Kotamadya Bogor, Jawa Barat, di sekitar 60 kilometer dari Jakarta atau 43 kilometer dari Cipanas. Istana ini berada di atas tanah berkultur datar, seluas sekitar 28,86 hektar, di ketinggian 290 meter dari permukaan laut, tergolong ke dalam kota beriklim sedang. Alam disekitar istana ini indah dan terasa nyaman, halamannya ditata dengan hamparan rumput mengelilingi bangunan istana. Sejauh mata memandang, hamparan rumput yang hijau, rindangnya aneka pepohonan yang sudah cukup tua usianya; rusa tutul (Axis-axis) manis bergerombol kesana-kemari.









Berikut rangkuman cuplikan sejarah Istana Bogor :

Istana Bogor sendiri dibangun oleh orang-orang Belanda yang bekerja di Batavia (Jakarta) sebagai tempat peristirahatan, karena mereka mengganggap Batavia terlalu panas sehingga mereka perlu mencari tempat-tempat berhawa sejuk untuk tempat beristirahat.

Gubernur Jendral Belanda bernama G.W. Baron van Imhoff, ikut melakukan pencarian itu dan berhasil menemukan sebuah tempat yang baik dan strategis di sebuah kampung yang bernama Kampong Baroe, pada tanggal 10 Agustus 1744. Setahun kemudian, yaitu pada tahun 1745 Gubernur Jendral van Imhoff (1745 -1750 ) memerintahkan pembangunan atas tempat pilihannya itu sebuah pesanggrahan yang diberi nama Buitenzorg,(artinya bebas masalah/kesulitan). Dia sendiri yang membuat sketsa bangunannya dengan mencontoh arsitektur Blenheim Palace, kediaman Duke of Malborough, dekat kota Oxford di Inggris. Proses pembangunan gedung itu dilanjutkan oleh Gubernur Jendral yang memerintah selanjutnya yaitu Gubernur Jendral Jacob Mossel (1750 - 1761)

Di Buitenzorg yang berlatar Gunung Salak, serta seperti dikelilingi oleh Gunung Pangrango dan Gunung Gede, Gubernur Jenderal Van Imhoff sering ‘beristirahat’ dari kesibukannya sebagai Gubenur Jendral di Batavia. Dikelilingi pemandangan indah, gunung dan lembah, tempat ini cocok untuknya beristirahat. Diambil dari kata “sans souci” yang dibahasabelandakan menjadi “Buitenzorg” yang berarti bebas masalah, itulah nama tempat indah ini. Pembangunan Buitenzorg dilanjutkan oleh Jacob Mossel, gubernur jenderal berikutnya.

Dalam perjalanan sejarahnya, bangunan ini sempat mengalami rusak berat sebagai akibat serangan rakyat Banten yang anti Kompeni, di bawah pimpinan Kiai Tapa dan Ratu Bagus Buang, yang disebut Perang Banten 1750 - 1754. Akibat gejolak peperangan ini Buitenzorg mengalami kerusakan. Tapi kemudian diperbaiki lagi oleh Gubernur Jenderal berikutnya.

Pada masa Gubernur Jendral Willem Daendels ( 1808 - 1811 ), pesanggrahan tersebut diperluas dengan memberikan penambahan baik ke sebelah kiri gedung maupun sebelah kanannya. Gedung induknya dijadikan dua tingkat. Halamannya yang luas juga dipercantik dengan mendatangkan enam pasang rusa tutul dari perbatasan India dan Nepal.

Kemudian pada masa pemerintahan Gubernur Jendal Baron van der Capellen ( 1817 - 1826 ), dilakukan perubahan besar - besaran. Sebuah menara di tengah - tengah gedung induk didirikan sehingga istana semakin megah, Sedangkan lahan di sekeliling istana dijadikan Kebun Raya yang peresmiannya dilakukan pada tanggal 18 Mei 1817.

Buitenzorg kembali mengalami kerusakan berat, ketika terjadi gempa bumi pada tanggal 10 Oktober 1834. Pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Albertus Yacob Duijmayer van Twist (1851-1856) bangunan lama sisa gempa itu dirubuhkan dan dibangun dengan mengambil arsitektur Eropa Abad IX

Pada masa pemerintahan Gubernur Jendral Albertus Yacob Duijmayer van Twist ( 1851 - 1856 ), bangunan lama sisa gempa dirubuhkan sama sekali. Kemudian dengan mengambil arsitektur eropa Abad IX, bangunan baru satu tingkat didirikan. Perubahan lainnya adalah dengan menambah dua buah jembatan penghubung Gedung Induk dan Gedung Sayap Kanan serta Sayap Kiri yang dibuat dari kayu berbentuk lengkung. Bangunan istana baru terwujud secara utuh pada masa kekuasaan Gubernur Jendral Charles Ferdinand Pahud de Montager ( 1856 - 1861 ). Dan pada pemerintahan, selanjutnya tepatnya tahun 1870, Istana Buitenzorg ditetapkan sebagai kediaman resmi para Gubernur Jendral Belanda. Kemudian pada tahun 1870, Istana Buitenzorg ditetapkan sebagai kediaman resmi para Gubernur Jenderal Belanda.

Penghuni terakhir Istana Buitenzorg itu adalah Gubernur Jenderal Tjarda van Starkenborg Stachourwer yang terpaksa harus menyerahkan istana ini kepada Jenderal Imamura, pemerintah pendudukan Jepang. Akan tetapi, riwayat telah mencatat sebanyak 44 gubernur jenderal Belanda pernah menjadi penghuni istana ini. Setelah masa kemerdekaan, Istana Kepresidenan Bogor (1950) mulai dipakai oleh pemerintah Indonesia

Akhir perang dunia II, Jepang menyerah kepada tentara Sekutu, kemudian Indonesia menyatakan kemerdekaannya. Barisan Keamanan Rakyat ( BKR ) sempat menduduki Istana Buitenzorg untuk mengibarkan bendera merah putih. Istana Buitenzourg yang namanya kini menjadi Istana Kepresidenan Bogor diserahkan kembali kepada pemerintah republik ini pada akhir tahun 1949. Setelah masa kemerdekaan , Istana Kepresidenan Bogor mulai dipakai oleh pemerintah Indonesia pada bulan Januari 1950.

Istana Kepresidenan Bogor mempunyai koleksi buku, benda seni, baik yang berupa lukisan, patung, serta keramik dan benda seni lainnya.


Fungsi utama Istana Kepresidenan, pada masa penjajahan Belanda istana berfungsi sebagai tempat peristirahatan. Namun setelah jaman kemerdekaan berubah menjadi kantor kepresidenan dan kediaman resmi Presiden Republik Indonesia.






Cilember Waterfall

CurugCilember

Salah satu alternative tempat yang patut dikunjungi di daerah Puncak salah satunya adalah Wana Wisata Curug Cilember. Pemandangan bukit (Bukit Hambalang) dengan hamparan pepohonan pinus merkusi dimana terdapat juga sumber mata air dan air terjun benar-benar menyejukkan mata.



Untuk mencapai lokasi Wana Wisata Curug Cilember juga cukup mudah, tak sampai 1 jam bermobil dari Jakarta. Letaknya sebelum Taman Safari bahkan sebelum pasar Cisarua. Tepatnya berada disebelah kiri jalan jalur Ciawi – Puncak, ± 15 Km dari pintu tol Gadog (Jagorawi). Berada di kawasan hutan lindung Bogor - Puncak - Cianjur (Bopunjur) di ketinggian ± 800 mdpl.

Setelah memasuki gerbang masuk Wana Wisata Curug Cilember, gemericik air terdengar dari sebuah pancuran bambu dan air sungai yang jernih mengalir disela2 bebatuan. Di kawasan ini kita akan menjumpai taman kupu2. Sayang saat ini kondisinya dalam keadaaan tidak terawat. Atapnya berlobang cukup lebar. Tidak banyak yang bisa dilihat, tapi masih ada sedikit kupu-kupu yang tersisa. Lumayan, buat obyek foto hehe…



Cuma anak-anak agak kecewa karena tadinya sudah membayangkan akan melihat taman yang penuh dengan bunga-bunga dan kupu-kupu.

Selain Taman Kupu-kupu, ada juga camping ground yang cukup ramai juga…apalagi pada saat liburan. Yang mau berkemah, banyak juga disewakan tenda-tenda dengan harga terjangkau.



Selain itu ada juga villa/bungallow-nya, tapi nggak tau bagus/nggaknya.
Dari area camping ground, curug/air terjun yang paling dekat dan paling banyak dikunjungi karena paling mudah dijangkau Curug 7. Di kawasan ini sendiri (konon) terdapat 7 buah air terjun di lokasi yang berlainan, semakin kecil angkanya semakin tinggi letak air terjunnya. Sudah 2 kali kesana, yang pertama berdua aja dengan suami…sempat naik sampai curug 5. Yang kedua kalinya karena pergi sama anak-anak hanya sampai ke curug 7.

Yang patut menjadi catatan saat mengunjungi Wana Wisata ini adalag prasarana yang cukup lengkap mulai dari toilet dan musholla tersedia. Begitu juga pedagang makanan dan souvenir cukup banyak. Namun bila suatu saat nanti berkunjung kesana lagi, berharap Taman Kupu-kupunya sudah dalam kondisi yang lebih baik, karena pada umumnya pengunjung (termasuk saya dan keluarga) berharap menyaksikan kupu-kupu aneka warna di sana.

Lokasi Curug Cilember:
Desa Jogjogan, Cisarua - Bogor
KPH Bogor: Jl. Desa Tengah Komplek Perkantoran Pemda, Cibinong - Bogor
Phone: 021- 8790726 Fax. 021-8756159